Minggu, 18 Januari 2009

Bahan Kajian Permasalahan Promosi Kerajinan Rajapolah

1.1. Latar Belakang Masalah

Tasikmalaya merupakan daerah penghasil kerajinan yang mana ditunjuk oleh pemerintah tingkat propinsi Jawa Barat sebagai sentra penghasil kerajinan di daerah Jawa Barat. Adapun pembagian-pembagian sentra kerajinan daerah Tasikmalaya diantaranya :

  1. Kerajinan Kelom geulis dan kerajinan kulit berada di daerah Sukamulya.
  2. Kerajinan payung Tasik berada di daerah Panyingkiran.
  3. Kerajinan Anyaman dan peralatan rumah tangga berada di Kecamatan Rajapolah
  4. Kerajinan Batik tulis di daerah Cipedes.
  5. Kerajinan Bordir di daerah Kawalu.

Akan tetapi diantara kerajinan-kerajinan di atas yang paling menonjol adalah kerajinan anyaman dimana kerajinan anyaman menjadi produk kerajijan unggulan dimana kegiatan produktifitasnya turun menurun dari generasi ke generasi.

Pembangunan suatu daerah mepunyai andil besar bagi pembangunan keseluruhan karena tidak lepas atau terintegrasi pada pembangunan nasional yang keseluruhan yang merupakan cakupan dari suatu negara. Dalam hal ini diperlukan pendekatan-pendekatan dari berbagai sektor. Diantaranya sektor ekonomi. Karena bagaimanapun juga sektor ekonomi begitu besar peranannya bagi suatu pembangun daerah. Disini pengembangan sektor usaha kecil menengah (UKM) juga merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang berbasis kerakyatan, yang menciptaka landasan yang kuat bagi pembangunan secara keseluruhan. Sebagaimana tertera dalam undang – undang Nomor 9 tahun 1995 : dimana usaha kecil sebagai bagian integrasi dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mepunyai kedudukan, potensi dan peran yang strategis untuk mewujudka struktur perekonomian nasional yang makin seimbang yang berdasarkan demokrasi ekonomi.

Pada tingkat tingkat propinsi Jawa Barat pengembangan usaha kecil lebih dikembangkan pada pembangunan industri yang berakar pada struktur masyarakat atau disebut dengan home industry, selaras dengan visi UKM dimana ” manjadikan UKM yang lebih maju, mandiri, berperan sebagai tulang punggung ekonomi nasional yang berbasis ekonomi kerakyatan”. Serta Misi yang diemban yaitu “ pemantapan pembinaan UKM yang berdaya saing tinggi melalui berbagai upaya guna mewujudkan ekonomi nasional yang tangguh berbasis ekonomi kerakyatan. Maksud dari usaha kecil menengah berdaya saing tinggi: adalah UKM yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas,harga bersaing dan waktu pengiriman yang tepat, yang didukung oleh SDM yang tangguh dan pemamfaatan teknologi tepat guna dengan melibatkan masyarakat sebagai tenaga kerja yang memanfaatkan bahan baku lokal (sumber : Profil Industri kecil menengah KOPERINDAG)

Dalam tatanan pengembangan industri propinsi Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya tidak termasuk pada kategori wilayah yang dikembangkan kawasan industri manufaktur. Industri yang dikembangkan di Kabupaten Tasikmalaya adalah Industri Kecil Menengah (UKM). Perkembangan mutakhir menunjukan bahwa pembenahan dan pengambangan sektor usaha kecil menengah dipercaya oleh banyak kalangan sebagai langkah yang sangat penting dan tepat untuk mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Keberadaan Usaha Kecil Menengah (UKM) kini diperkuat oleh situasi baru yakni pemberlakuan kebijakan pemerintah pusat tentang Otonomi Daerah. Kerajinan rajapolah itu sendiri turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya dalam hal pemamfaatan potensi alam dan penguasaan keterampilan dalam hal pengolahannya. Dalam hal ini sebagai objek yang diangkat yaitu “Sentra kerajinan Rajapolah yang belokasi di Tasikmalaya karena mempunyai potensi pasar yang patut untuk di kembangkan dalam jangka panjang, karena kerajinan Tasikmalaya khususnya Rajapolah mempunyai ciri yang khusus dan tidak dimiliki daerah lain, Di Rajapolah sendiri terdapat tiga toko unggulan yang telah tembus pasar export diantaranya Agisa kitri Art Shop, Mitra Usaha dan Jamal Handy Craft kerajinan rajapolah sendiri mulai dilirik oleh turis-turis manca negara. Untuk memasarkan produk tersebut Rajapolah sendiri dicanangkan sebagai pusat pemasaran kerajinan rakyat Tasikmalaya Oleh Bupati Taasikmalaya pada Tahun 1998.,

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan adanya kebijakan Otonomi daerah pemerintah pusat memberikan kebijakan bagi daerah - daerah nya, untuk mengembangkan potensi masing – masing. dalam hal ini Khususnya Tasikmalaya sudah terjadi pemekaran daerah, Kotamadya dan Kabupaten. Kecamatan Rajapolah sendiri masuk ke wilayah kabupaten, karena pemasukan pemerintah kabupaten sendiri tidak sebesar kotamadya maka dari itu pengembangan potensi unggulan khususnya bidang kerajinan anyaman perlu pengembangan kebih lanjut, karena mempunyai prospek pasar yang cukup baik untuk dikembangkan. dalam pengembangan potensi khususnya di bidang promosi. Promosi – promosi yang telah dilakukan dan bisa dibilang efektif diantaranya koran-koran lokal dengan jangkauan masyarakat lokal dan pameran-pameran yang sifatnya nasional dan internasional yang terselenggara dari pihak pengrajin yang bekerja sama dengan KOPERINDAG Kabupaten Tasikmalaya. Tetapi disini fluktuasi dalam bidang pemasaran kurang begitu efektif dikarenakan berbagai permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Masalah pembenahan tempat sebagai daya tarik kurang begitu diperhatikan dalam hal ini sekitar sentra kerajinan Rajapolah.

2. Kurangnya promosi secara terpadu. Baik dari pihak pengrajin ataupun dari pihak pemerintah daerah yang bersangkutan

3. koordinasi dalam hal promosi antar komunitas para pengrajin kurang begitu kuat.

1.3. Fokus Permasalahan

Hal – hal penting yang harus diperhatikan dalam pemfokusan masalah diantaranya :

1. Masalah pendayagunaan dan pembenahan tempat Daerah Tujuan wisata (DTW) yang belum mempunyai identitas visual.

  1. Masalah promosi, dimana pihak pemerintah (KOPERINDAG) dalam penyelenggaraan promosi masih bersifat lokal, ada juga yang Nasional dan Go Internasional lewat media pameran-pameran ,yang terselenggara atas kerjasama pihak pemerintah daerah (KOPERINDAG) dengan instansi lain tetapi dianggap kurang begitu efektif karena hanya kalangan tertentu saja yang mengetahui. Jadi disini dapat dilihat secara jelas, yaitu kurangnya promosi secara terpadu antara pihak pemerintah daerah dengan komunitas para pengrajin.
  2. belum adanya langkah-langkah promosi yang khusus untuk mengembangkan potensi industri kerajinan anyaman dengan menggunakan media–media yang lebih informatif dan bisa menjangkau atau memberikan akses penuh pada masyarakat luas.

1.5. Tujuan Perancangan

Adapun maksud dan tujuan perancangan yaitu :

1. Memperkenalkan lebih luas tentang Sentra kerajinan Rajapolah Tasikmalaya.

2. Membantu Pemerintah ( KOPERINDAG) dalam Hal promosi.

3. Membantu para pengrajin dalam hal penjualan ataupun pemesanan melalui media yang lebih informatif.

4. Mencari peluang export baru .